PULAU MENJANGAN








Pulau Menjangan berlokasi di ujung barat bagian utara Bali hanya 30 menit dengan kapal motor dari pelabuhan kecil bernama Lalang. Pelabuhan ini berbatasan dengan hutan lindung Bali Barat. Labuhan Lalang ini agak jauh dari Denpasar, sekitar 130 km jika lewat Bali tengah barat yang yaitu kota Pupuan, dan sekitar 150 km jika lewat kota Singaraja atau lewat Gilimanuk. Labuan Lalang dan Pemuteran adalah pemukiman penduduk terakhir yang diijinkan, karena lebih ke arah barat lagi merupakan hutan lindung Bali Barat untuk melindungi habitat burung jalak yang hanya ada di Bali yaitu jalak putih yang dalam dalam bahasa ilmiah populer disebut Bali Starling. Penulis pernah menelusuri burung ini dan sekarang sudah sangat jarang hanya 2 burung yang terlihat di habitatnya, walaupun sebenarnya penangkaran sudah dilakukan oleh pemerintah dan di penangkaran sendiri banyak sekali ada burung ini baik yang disita dari pemelihara tidak sah maupun anak-anak burung yang sedang tumbuh dan siap untuk dilepas. Untuk sampai ke penangkaran tempatnya agak jauh dan tidak sulit dengan kendaraan mini bus di dalam hutan. Petugas jaga tetap ada di tempat tersebut.
Air laut di sekitar pulau Menjangan ini warnanya sangat jernih bisa tembus pandang sampai 50 meter dengan warna hijau muda pastel yang indah, dan digolongkan mempunyai jarak pandang paling bagus atau superb. Variasi ikan tidak begitu banyak tapi jumlahnya yang demikian besar menjadi daya tarik tersendiri. Di sini terdapat koral kipas atau gorgonia indah yang sangat besar sampai 10 meter garis tengahnya. Salah satu jenis ikan dengan variasi sangat besar adalah ikat betet ( parrot fish ) yang bergerombol di mana-mana, di samping banyak sekali belut laut.
Karena populernya situs selam di pulau Menjangan daerah terdekat yaitu Pemuteran menjadi tempat favorit bagi investor untuk membangun bungalow atau hotel bahkan ada yang mewah seperti Matahari Resort, dan Mimpi Resort. Banyak sekali terdapat akomodasi di Pemuteran, walaupun sebenarnya dari pantai Lovina terdapat banyak sekali akomodasi hanya berkisar 25 km. Namun bagi seorang penyelam serius mereka akan lebih memiih untuk tinggal di Pemuteran.
Di sebelah timur dari Labuan Lalang ini sebuah teluk bernama Teluk Terima ada sumber air panas dan yang sering juga menjadi obyek wisata lokal, dan dipercayai bahwa dulunya di daerah ini terdapat sebuah kerajaan bernama Kalianget yang menguasai wilayah sampai Madura. Faktanya di Madura juga ada desa bernama Kalianget, dan ada tradisi yang mereka lakukan karena katanya diturunkan oleh leluhurnya dari Bali. Dalam cerita mitos mulut ke mulut kerajaan Kalianget ini juga ada di Bali, yang karena tidak diketahui sebabnya kerajaan ini masuk ke dimensi lain sehingga manusia biasa tidak bisa melihat dan komunikasi dengan masyarakatnya. Orang-orang Bali di daerah pegunungan mengenal cerita ini sebagai hal yang mengganggu, karena katanya selama musim hujan banyak sekali orang-orang dari kerajaan ini keluar daerah dan berubah wujud menjadi harimau yang menangkap hewan mereka. Cerita ini juga menyebar di kalangan orang Eropah yang dikenal dengan invisible town.
Sekitar 5 km dari Labuan Lalang di atas bukit ada sebuah kuburan Cina, yang diperkirakan kuburan seorang saudagar kaya Cina pada jaman Kalianget. Namun masyarakat menghubungkan kuburan ini dengan sebuah cerita dramatis dari sebuah percintaan seorang pemuda bernama Jayaprana dan Layon Sari yang dijegal oleh bosnya bernama Sang Mekel, karena Sang Mekel yang jatuh cinta sampai keblinger dengan Layon Sari. Dengan mengutus patihnya Sang Mekel membunuh Jayaprana di Kalianget dan kuburan Cina inilah yang dipercayai sebagai kuburannnya Jayaprana. Hal ini tentu tidak boleh dibiarkan menjadi pengertian salah, karena cerita Jayaprana ini adalah sebuah novel atau karya sastra, bukan fakta sejarah.





