BATIK BALI

profilekomunikasipaketkontak
paket tour 2 malam paket tour 3 malam paket tour 4 malam
Paket Tour Murah

Selama ini yang dikenal produksi Batiknya adalah Jawa tengah, khusunya daerah Jogyakarta dan Solo sebagai pusat dari kebudayaan Jawa. Belum bisa dipastikan sejak kapan sebenarnya orang Jawa mulai membuat batik, tiba-tiba di abad ke-17 di Eropah demikian terkenalnya Batik sebagai hasil kerajinan masyarata Jawa. Kalau kita melihat bahan dasarnya maka bisa saja setua masyarakat Jawa, akan tetapi pemakaian bahan dasar juga berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi fabrik sehingga menyulitkan untuk merunut asalnya, karena ada kemungkinan mereka meninggalkan bahan dasar asal karena kurang efisien waktu dan tenaga. Pastinya batik yang berkembang di Jawa tersebut adalah batik tulis.

Di beberapa daerah di Indonesia masih dipakai tradisi asli dalam membuat kain, misalnya di Bali dikenal adanya kain gringsing di desa kuno bernama Tenganan Pegringsingan. Pembuatan kain gringsing ini memakan waktu tahunan untuk satu lembarnya saja. Konsep pewarnaan dan pembuatan pola dan hiasan sangat berbeda dengan konsep yang dikenal pada pembuatan batik di Jawa. Kalau batik di Jawa menggunakan buka dan tutup lalu dicelup ke warna. Permukaan kain ditutup dengan malam agar tidak kena warna, sedangkan yang dikehendaki kena warna dibiatkan terbuka. Demikian selanjutnya yang akan diwarnai dibuka lagi tutupnya. Untuk menutup pola-pola yang sudah digambar di atas kain dipakai malam yang dicarkan dalam ketel bernama camplung, demikan seterusnya sehingga selesai. Akan tetapi pembuatan kain gringsing di Tenganan benangnya yang diwarnai lebih dulu sebelum ditenun, sehingga diperlukan keterampilan untuk menyusun benang-benang terebut menjadi sebuah pola yang dikehendaki. Cara seperti ini tidak memberikan kebebasan yang besar kepada seniman atau penenun untuk membuat pola yang dikehendaki. Oleh karena itu pola-pola yang ada hanya itu-itu saja.

Namun ada kerajinan batik yang menggunakan teknik yang lebih memberikan kebebasan membuat pola dan gambar kita juga temukan di Bali dan tidak ditemukan di tempat lain di Indonesia yaitu teknik yang disebut dengan ikat ganda. Hasil dari produksi ini disebut endek. Kalau kita lihat fisiknya mirip dengan batik bahwa pola dan gambar adalah sama akan tetapi tidak konsisten pada seluruh permukaan. Kalau dibandingkan sangat berbeda dengan batik cetak yang menghasilkan pola-pola yang persis sama dan konsisten. Pada tahun 1980an demikian besar permintaan importir luar negeri atas produksi endek ini untuk dipakai bahan dasar berbagai jenis produksi pakaian sehari-hari atau fashion show, sehingga menambah lagi terkenalnya produk ini. Karena produksi yang tidak bisa dipercepat, maka pelaksanaan produksi masal hampir tak pernah bisa dilakukan. Kita mengenal produsen besar seperti Togog di Gianyar, dan seorang pengusaha di desa Sidemen Karangasem, sedangkan pengarajin lainnya tetap bertahan dalam skala kecil. Teknik ikat ganda ini mirip seperti yang dilakukan oleh pengrajin di Tenganan yaitu benangnya yang diwarnai dulu mengikuti pola-pola yang akan dibuat, dan untuk itu diperlukan presisi yang sangat tinggi dalam melipat dan mengikat benang-benang yang banyak jumlahnya sebelum ditenun dengan alat bantu yang lebih complek buatan sendiri. Bagi wisatawan yang ingin melihat batik Bali ini bisa singgah di kota Gianyar jika sedang tour ke Kintamani atau kota Klungkung jika kebetulan mengikuti tour ke pura Besakih.

PuraPura
puraPura
PuraPura